A. Judul
Efektifitas Pembelajaran Matematika
menggunakan Pendekatan RME Terhadap kemampuan komunikasi matematika dengan
berbantuan software microsoft mathematic.
B. Latar Belakang Masalah
Ilmu adalah mata rantai yang
menunjukan seseorang dalam melakukan akhwal dalam peroses kehidupannya.
Al-qur’an telah menjelaskan didalam surat Al-mujadalah ayat 11 yaitu: “Hai
orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu : “Berlapang-lapanglah
dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untuk
mu. Dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara mu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah:11).
Proses mendapatkan ilmu atau bisa
dikatakan proses belajar mengajar yang ditetapkan di dalam Islam merupakan
upaya yang diperintahkan dalam agama yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
manusia sesuai dengan ketinggian derajat kemuliaan ilmu itu sendiri.
Belajar matematika sangatlah erat
kaitannya dengan Islam karena matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan,
sedangkan ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan Islam. Bahkan Islam dengan
ilmu pengetahuan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Itu berarti
semu bidang ilmu sangat bergantung kepada matematika. Ada Pepatah yang
mengatakan “ Barang siapa yang menguasai matematika dan bahasa, maka ia akan
menguasai dunia”. Fakta yang terlihat, jika seorang menguasai matematika maka
ia akan berhasil dengan semua bidang lainnya. Disebutkan pula didalam
pendidikan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang diajarkan dari
tingkat sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya pelajaran tersebut. Selain itu ilmu matematika juga merupakan suatu
ilmu yang efisien dan diperlukan oleh semua ilmu lain karena matematika sangat
besar manfaatnya untuk menunjang pelajaran lain. Oleh karena itu matematika di sebut sebagai
ratunya ilmu. Kemudian pula matematika tidak bisa terlepas dari yang namanya
zaman apalagi dengan kecanggihan-kecangihanya pada saat ini.
Perkembangan dan kehadiran teknologi komputer dewasa ini telah memberikan
kemudahan berbagai pihak untuk menggunakannya dalam bidang kehidupan, termasuk
pendidikan, sebagai sarana penunjang pendidikan. Hal ini dikarenakan dengan
menggunakan komputer dapat mempertinggi efisiensi suatu pekerjaan yang
disebabkan adanya kelebihan/manfaat dari komputer. Kelebihan tersebut
diantaranya adalah dapat mengerjakan pekerjaan dengan cepat dan tepat dapat
menyimpan data maupun memanggilnya kembali dan dapat memproses data/informasi
dalam cakupan besar. Bahkan dengan adanya perkembangan teknologi khususnya
dalam program‐program aplikasinya, saat ini komputer semakin
memberikan manfaat yang besar di dunia pendidikan, khususnya dalam proses
pembelajaran. Terdapat ratusan bahkan ribuan program aplikasi atau perangkat
lunak yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran matematika, yang terpenting
adalah bahwa pengajar harus memiliki pengetahuan/wawasan dan keterampilan
menggunakan berbagai perangkat lunak tersebut serta mampu memilih perangkat
lunak yang sesuai untuk mendukung pembelajaran topik tertentu, dalam hal ini
topik aljabar linier.
Salah
satu perangkat lunak bantu yang dapat digunakan dalam pembelajaran Aljabar
linier yaitu Microsoft Math. Program ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kecepatan, dan keakuratan dalam berbagai perhitungan dalam materi aljabar
linier sehingga waktu yang diperlukan untuk mengerjakan lebih efisien dan hasil
yang diperoleh lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan yang dilakukan
secara manual, juga dapat memvisualisasikan grafik dalam bentuk 2 dimensi
maupun 3 dimensi, yang tentu saja sulit jika digambar secara manual, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
Microsoft Math adalah program edukasi, yang dibuat untuk sistem operasi
Microsoft Windows, yang membantu pengguna untuk menyelesaikan
permasalahan.
Beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh dengan perangkat lunak ini adalah :
1. Perhitungan dalam penyelesaian permasalahan dalam
Aljabar linier
menjadi lebih cepat.
2. Keakuratan hasil yang diperoleh dari perhitungan.
3. Dapat dimanfaatkan sebagai evaluasi bahwa hasil
perhitungan yang
dilakukan telah benar.
Selain
untuk mempermudah dalam penyelesaian soal dengan bantuan software ini juga
digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman komunikasi
matematika siswa.
Kemampuan komunikasi matematika
merupakan salah satu kemampuan dasar yang sangat penting untuk di miliki siswa
dan guru daalam kegiatan belajar mengajar, khususnya daalam matematika. Hal ini
sejaln dengan pendapat yang di ungkapkan oleh Ali Mahmudi (2009), bahwa
pengembangan komunikasi menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika dan
menjadi salah satu standar kompetensi lulusan dalam bidang matematika. Melalui
pembelajaran matematika siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelass keadaan atau
masalah.
Pada hakikatnya kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah penting di kuasai dalam pembelajaraan matematika. Hal ini di
di karenakan masyarakat membutuhkan kaum intelektual yang mampu menyelesaikan
masalah secara sistematik dan mampu menginterpestasikan ke dalam bahasa lisan
maupun tulisan yang mudaah di pahami. Dalamm pembelajaran matematika,
komunikasi memiliki peranan penting :
1. Sebagai kukuatan awal bagi siswa dalam merumuskan konsep,
2. Modal keberhasilan bagi siswa terhadap penyelwsaian dalam mengeksplorasi
dan invesstigasi materi matematika,
3. Sarana bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya utuk memperoleh
informasi, membagi pikiran dan penemuan.
Menurut Ramdani (2012), Komunikasi
matemaatika merupkan kemampuan untuk berkomunikasi yang meliputi kegiatan
penggunaan keahlian menulis, menyimak, menelaah, menginterprestasikan dan
mengevaluasi (ide,simbol, istilah, serta informasi matematika) yang di alami
melalui proses mendengar, mempresentasikan, dan mendiskusikan.
Proses belajar matematika, dapat
diartikan secara umum sebagai suatu proses atau jalan peserta didik dalam
mendapatkan suatu hasil. Pelajaran matematika diharapkan dapat diajarkan oleh
guru dengan cara penyampaian yang tepat sejak dini, karena matematika di
anggap suatu yang abstrak dan sangat sukar, itu disebabkan oleh guru
mengajar dengan menggunakan metode konvensional sekedar ceramah,
menjelaskan materi didepan kelas dan memberi pertanyaan kepada siswa yang sudah
biasa menjawab, sehingga pembelajaran cenderung didominasi oleh guru dan
beberapa siswa saja.
Pelajaran matematika memiliki soal-soal
yang bervariasi, diantaranya permasalahan-permasalahan yang berbentuk soal-soal
cerita. Soal cerita pada umumnya mengangkat tentang permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari khususnya pada materi Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel (SPLDV). Sering kali soal-soal ini membuat sebagian peserta
didik kesulitan dalam menemukan penyelesaian. Pada umumnya peserta didik sulit
menerjemahkan soal cerita tersebut ke dalam kalimat matematika. Sehingga, dalam
pengerjaannya mereka tidak sampai dalam tahap akhir penyelesaian dari
permasalahan dan mendapatkan hasil atau produk .
Hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kesulitan peserta didik, sangat dibutuhkan proses pembelajaran yang
berlangsung dengan baik. Pakar pendidikan melakukan berbagai langkah dalam
menyusun strategi dan model pembelaajaran untuk meningkatkan minat peserta
didik dalam proses pembelajaran, sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah menurut
penulis kemukakan dari latar belakang yaitu :
1. Apakah pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya
menggunakan Pendekatan RME terhadap kemampuan komunikasi matematika dengan berbantuan
software microsoft mathematic lebih baik
dari pada yang menggunakan pembelajaran biasa ?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran bagi peningkatan kemampuan siswa
menggunakan Pendekatan RME terhadap kemampuan komunikasi matematika dengan
berbantuan software microsoft mathematic
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai penelitian yaitu :
1. Peneliti ingin mengkaji dan mendeskripsikan pencapaian kemampuan komunikasi
belajar matemaatika menggunakan pendekatan RME dengan berbantuan software
microsoft mathematic
2. Peneliti ingin mengkaji dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan
komunikasi belajar matemaatika siswa MTS menggunakan Pendekatan RME dengan berbantuan
software microsoft mathematic
3. Gambaran implementasi pembelajaran dengan Pendekatan RME berbantuan software
microsoft mathematic
C. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat
yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi guru dapat memberikan alternatif berupa model pembelajaran, khususnya
bagi guru matematika daam meningkatkan mutu pendidikan yang baik dimasa yang
akan datang
2. Bagi siswa, bisa mendapatkan
pengalaman baru dan juga lebih kreatif dan kritis lagi dalam proses pembelajaran
3. Bagi sekolah, pembelajaran ini
menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menciptakan
situasi belajar yang kondusif di lingkungan sekolah dan meningkatkan kemampuan
siswa dalam belajar.
4. Bagi
penulis, berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman keterampilan
mengenai model pembelajaran
D. Definisi Operasional
Sebelum penulis membahas lebih lanjut
ada baik nya penulis menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan istilah
yang terdapat dalam judul skripsi. Yang bertujuan untuk menghindari
kesalahpahaman dalam mencerna judul tersebut.
1. Microsoft mathematic
Microsoft Mathematics adalah perangkat
lunak sejenis kalkulator namun memiliki fitur yang lebih lengkap dan memiliki
kemampuan untuk menjabarkan secara detail langkah demi langkah penyelesaian
suatu persoalan dalam disiplin ilmu pasti, tidak hanya matematika namun untuk
ilmu fisika dan kimia. Namun penjabaran yang sangat detail hanya ditemui pada
persoalan matematika.
Soal-soal
matematika yang dapat diselesaikan oleh alat ini meliputi pra-aljabar, aljabar,
trigonometri dan kalkulus. Dan tentu saja tidak berhenti sampai disitu,
aplikasi buatan microsoft ini juga dapat menyelesaikan soal-soal fisika bahkan
kimia dilengkapi dengan fitur grafik. Bisa juga mengkonversi dari satu sistem
unit yang lain, mengevaluasi segitiga, dan juga memecahkan sistem persamaan.
2. RME ( Realistic Mathematic Edukation)
RME adalah suatu teori
pembelajaran dalam pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa
matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus di hubungkan secara
nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai sumber pengembangan
dan sebagai area aplikasi melalui proses
matematisasi baik horizontal maupun vertikal
3. Model Pembelajaran Biasa
Model pembelajaran
biasa adalah pengajaran yang pada umumnya biasa dilakukan sehari-hari. Guru
lebih aktif dari siswa, sedangkan siswa hanya menerima materi tanpa adanya
timbal balik antara guru dan siswa dalam belajar. Cara menyampaikan materi
dengan ceramah, Tanya jawab, dan demonstrasi.
E. Studi Literatur
1. Efektifitas
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai sebarapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu di tentukan. Hal tersebut sesuai
dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa :
“Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (
kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana semakin besar presentase
target yang di capai, semakin tinggi efektifitasnya”
2. Komunikasi matematika
Komunikasi matematik merupakan kemampuan
matematik esensial yang tercantum dalam kuikulum matematika sekolah menengah
(NCTM, 1999, KTSP, 2006).
Majid (2012: 268-269) memberikan pemahaman tentang komunikasi
kedalam tiga sudut pandang, yakni: Pertama, Komunikasi pada dasarnya merupakan
suatu proses penyampaian informasi. Kedua, Komunikasi adalahproses penyampaian
gagasan dari seseorang kepada orang lain. Ketiga, Komunikasi diartikan sebagai
proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Tidak jauh
berbeda dengan pandangan tersebut juga diungkapkan oleh Santoso dan Setiansah
(2010: 6) bahwa komunikasi sebagai sebuah proses, transaksional, dan simbolik.
Sebagai sebuah proses, komunikasi bersifat dinamis yang memerlukan tempat,
menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil serta melibatkan interaksi
bersama. Komunikasi merupakan aktivitas transaksional, dalam artian diantara
partisipan komunikasi sejatinya membangun makna dari pesan secara kooperatif.
Sementara itu, sebagai aktivitas simbolik, komunikasi dapat diidentifikasi
melalui penggunaan simbol-simbol dalam pesan-pesan yang disampaikan.
Berdasarkan definisi yang ada di atas
dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu interaksi sosial dalam
menyampaikan informasi, gagasan/penciptaan ide, melalui simbol dan sistem pesan
yang bersifat dinamis.
Komunikasi dalam peranannya terhadap
proses pembelajaran matematika, adalah dengan melalui komunikasi siswa dapat
merenungkan dan memperjelas ide-ide matematika dan menghubungkan antar konsep
matematika. Selain daripada itu, komunikasi dalam peranannya tehadap
pembelajaran matematika di kalangan siswa adalah sebagai alat bantu berfikir,
alat bantu menemukan pola, alat bantu dalam menyelesaikan masalah atau menarik
kesimpulan, dan berperan dalam aktifitas sosial, yakni sebagai wahana interaksi
antar siswa, serta interaksi antar guru dan siswa.
Lebih lanjut, komunikasi dalam
hubungannya dengan matematika, dipertegas oleh Kusumah (dalam Jazuli, 2009 :
215), menyatakan bahwa:
“Komunikasi merupakan bagian
yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Melalui komunikasi ide
matematika dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif; cara berfikir siswa
dapat dipertajam; pertumbuhan pemahaman dapat diukur; pemikiran siswa dapat
dikonsolidasikan dan diorganisir; pengetahuan matematika dan pengembangan
masalah siswa dapat ditingkatkan; dan komunikasi matematika dapat dibentuk”.
Komunikasi
matematika itu sendiri menurut Depdiknas tahun 2004, merupakan kesanggupan atau
kecakapan seorang siswa untuk dapat menyatakan menafsirkan gagasan matematika
secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan apa yang ada dalam soal
matematika. Sementara itu Jazuli (2009: 217) mengemukakan bahwa kemampuan
komunikasi matematika merupakan kemampuan untuk menyatakan suatu ide matematika
melalui tulisan, bahasa, gambar, grafik dan bentuk-bentuk visual lainnya. Hal
senada juga dikemukakan oleh Lasadi (2012: 19) proses penyampaian ide yang
lahir dari proses berpikir matematika dengan menggunakan symbol-symbol
matematika.
Dari berbagai uraian di atas
dapat dipahami bahwa kemampuan komunikasi matematika dapat diartikan sebagai
suatu kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide-ide dan pemahaman matematika
secara tulisan maupun lisan menggunakan bilangan, simbol, gambar, maupun grafik
serta kemampuan siswa dalam memberikan suatu argumentasi untuk pemecahan suatu
masalah matematika.
Guna mengetahui kemampuan komunikasi
matematika siswa, perlu adanya indikator untuk mengukurnya. Indikator terkait
dengan kemampuan komunikasi matematika berdasarkan Principles and Standards for
School Mathematics dari The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)
tahun 2000 (dalam Mahmudi, 2009: 2) disebutkan bahwa standar kemampuan yang
seharusnya dikuasai oleh siswa adalah seperti berikut ini:
1.
Mengorganisasi dan
mengkonsolidasi pemikiran matematika dan
2.
mengkomunikasikan kepada siswa
lain
3.
Mengekspresikan ide-ide
matematika secara koheren dan jelas kepada
siswa lain, guru, dan lainnya.
4.
Meningkatkan atau memperluas
pengetahuan matematika siswa dengan
cara memikirkan pemikiran dan
strategi siswa lain.
5.
Menggunakan bahasa matematika
secara tepat dalam berbagai ekspresi
matematika.
Sedangkan menurut Sumarmo
tahun 2005 (dalam Iskandar, 2012: 155) bahwa kegiatan yang tergolong pada
komunikasi matematika diantaranya adalah dalam bentuk:
a)
merefleksikan benda-benda
nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;
b)
membuat model situasi atau
persoalan menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit, grafik, dan aljabar;
c)
menyatakan peristiwa
sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika;
d)
mendengarkan, berdiskusi, dan
menulis tentang matematika;
e)
membuat konjektur, menyusun
argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi
f)
menjelaskan dan membuat pertanyaan
tentang matematika yang telah dipelajari; serta
g)
mengungkapkan kembali suatu
uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.
Sementara itu indikator kemampuan komunikasi
matematika siswa dalam bentuk komunikasi
tertulis, mengikuti aspek komunikasi yang diukur menurut (Qohar, 49-50) adalah
sebagai berikut :
1) menyatakan dan
mengilustrasikan ide matematika ke dalam bentuk model matematika serta
2) menyatakan dan
mengilustrasikan suatu model matematika menjadi bentuk ide matematika.
Prespektif penelitian ini, kemampuan
komunikasi matematik siswa diukur melalui kemampuan siswa dalam mengungkapkan
kemampuan komunikasi matematiknya secara tertulis. Adapun kemampuan komunikasi
matematik yang dimaksudkkan adalah kemampuan/kecakapan siswa untuk dapat
menyatakan dan mengilustrasikan suatu ide matematika menjadi bentuk model
matematika ataupun sebaliknya dalam permasalahan matematika. Pengukuran
kemampuan komunikasi dalam setiap permasalahan matematika secara tertulis
dilakukan berdasarkan indikator-indikator kemampuan komunikasi matematik yang
telah ditentukan, sebagaimana uraian Qohar di atas.
3.
Micosoft
Mathematic
Microsoft mathematic merupakan suatu
aplikasi mathematik yang di gunakan untuk membantu guru maupun siswa dalam
proses pembelajaran. Kurikulum 2006 maupun 2013
mengharapkan pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong siswa mencari tahu dan
bukan diberi tahu. Guru sebagai fasilitator mendorong siswa agar mampu
merumuskan masalah, bukan hanya menyelesaikan masalah, melatih berfikir
analitis bukan berfikir mekanistis, dan menekankan pentingnya kerjasama dan
kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.Microsoft Mathematicsjuga dapat
digunakan sebagai alat bantu pembelajaran Matematika di kelas.
Salah
satu contoh pembelajaran yang dapat memanfaatkan Microsoft Mathematicsdalam
pembelajaran Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan menggunakan Equation
Solverdan Graphing Tool.Equation Solver menyediakan cara yang mudah bagi siswa
untuk memasukkan sebuah persamaan atau sistem persamaan yang ingin
diselesaikan. Penyelesaian persamaan atau sistem persamaan akan ditampilkan
dalam Worksheet.
4.
RME adalah suatu teori pembelajaran dalam
pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah
aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap
konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai
area aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.
Model pembelajaran RME pertama kali
diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970 oleh institut
Freudenthal dan menunjukan hasil yang baik, berdasarkan hasil The Third
International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2000.
Menurut Freudenthal, aktivitas pokok yang dilakukan dalam RME meliputi.
a. Menemukan masalah-masalah atau
soal-soal kontekstual (looking for problems).
b. Memecahkan masalah (problem
solving).
c. Mengorganisasikan bahan ajar (organizing
a subject matter).
Hal ini
dapat berupa realitas-realitas yang perlu diorganisasikan secara matematis dan
juga ide-ide matematika yang perlu diorganisasikan dalam konteks yang lebih
luas. Kegiatan pengorganisasian ini disebut matematisasi.
Krakteristiknya
antara lain :
a. Menggunakan Konteks “Dunia Nyata”
Pada gambar di atas menunjukkan dua
proses matematisasi yang berupa siklus dimana “dunia nyata” tidak hanya sebagai
sumber matematisasi, tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan kembali
matematika.
Pada
Gambar Konsep Matematika (De Lange, 1987 : 15) berpendapat bahwa, “Dalam
RME, pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (“dunia nyata”), sehingga
memungkinkan mereka menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung”.
Proses pencairan (inti) dari konsep yang
sesuai dari situasi nyata dinyatakan oleh De Lange (1987 : 18) sebagai
Matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan
mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa, dapat mengaplikasikan
konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata (Applied
Mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-konsep
matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari perlu diperhatikan matematisasi
pengalaman sehari-hari (Mathematization of everyday experience )
dan penerapan matematika dalam sehari-hari (dalam Freudenthal, 2000 : 12).
b. Menggunakan Model-Model
(Matematisasi)
Istilah model berkaitan dengan model situasi
dan model matematisasi yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed
models). Peran self developed modelsmerupakan
jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika
informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat dengan dunia
nyata siswa. Generalisasi dan formalisasi model tersebut akan berubah
menjadi model-of masalah tersebut. Melalui penalaran
matematis model-of akan bergeser menjadi model-far masalah
yang sejenis. Pada akhirnya, akan menjadi model matematika formal.
c. Menggunakan Produksi dan Konstruksi
Stretland (dalam Depdiknas, 1991 : 45)
menekankan bahwa “dengan pembuatan “Produksi Bebas” siswa terdorong untuk
melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting
dalam proses belajar”. Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur
pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan
pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkontruksi pengetahuan matematika
formal.
d. Menggunakan Interaksi
Interaksi antara siswa dan guru merupakan
hal yang mendasar dalam RME. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang
berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau
refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal
siswa.
e. Menggunakan Keterkaitan
Dalam RME pengintegrasian unti-unit
matematika adalah esensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan
dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam
mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih
kompleks, dan tidak hanya aritmatika, aljabar, atau geometri tetapi juga bidang
lain.
F. Hipotesis
Berdasarkan
studi literature dan permasalahan yang telah di rumuskan pada bagian
sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah efektivitas hasil
belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan RME terhadap
komunikasi matematika dengan berbantuan software microsoft mathematic meningkat
G. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian
ini merupakan kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini subyek tidak
dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya.
Penggunaan desain dilakukan dengan pertimbangan bahwa, kelas yang ada telah
terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokkan secara acak.
Penelitian
dilakukan pada siswa dari dua kelas yang memiliki kemampuan setara dengan
pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kelompok pertama diberikan pembelajaran
komputer dengan program Microsoft mathematic .
Kelompok pertama ini merupakan kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kedua
merupakan kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional
Desain pada penelitian ini berbentuk:
Kelompok
eksperimen
O
X O
Kelompok
kontrol
O
– O
Keterangan :
X : Pembelajaran berbantuan
program software Microsoft Mathematik
O :
Tes yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa (pretes =
postes)
H.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa mts, dipilih dua kelas secara
acak dari populasi terjangkau untuk dijadikan sampel penelitian. Karena desain
penelitian menggunakan desain ”Kelompok Kontrol Non-Ekivalen”, maka penentuan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik ”Purposive Sampling”, yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005: 54)
I. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa:
Tes Kemampuan komunikasi matematik
Instrumen tersebut kemudian dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing agar memiliki validitas isi. Sedangkan agar memiliki validitas
empiris maka instrumen tersebut diujicobakan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen
(Arikunto, 2002: 144). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat.Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud.
– Untuk menghitung
validitas tes menggunakan rumus Korelasi Product Moment Karl Pearson sebagai
berikut :
Keterangan
rxy : Koefisien korelasi antara vasiabel x dan variable y
X : Skor siswa pada tiap butir soal
Y : Skor Total
N : Jumlah peserta tes
–
Klasifikasi : rxy menurut Guilford yaitu :
0,00 – 0,20 = Kecil
0,20 – 0,40 = rendah
0,40 – 0,70 = sedang
0,70 – 0,90 = tinggi
0,90 – 1,00 = sangat tinggi
– Kriteria: rxy≥ rtab tes dinyatakan valid
2. Reliabilitas
Menurut Sudijono (2001:95)
mengatakan bahwa sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliable apa bila
hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara
berulang kali terhadap subyek yang sama senantiasa menunjukan hasil yang tepat
sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Dengan demikian suatu ujian dikatakan telah
realibitas (=daya keajekan mengukur) apabila skor-skor atau nilai-nilai yang
diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya adalah stabil kapan saja
dimana saja dan oleh siapa saja ujian itu dilaksanakan, diperiksa dan dinilai.
Untuk menentukan realibitas tes menggunakan rumus Alpa sebagai berikut :
dengan
sehingga : ∑S1= Sa2+
S122+….
Sedangkan St2 =
Keterangan : rn = Koefisien
reliabilitas tes
n = banyaknya butir soal
l = bilangan konstan
Si2 = varians
skor tiap butir soal
St2 = varian
soal
Kriteria: rn≥ maka tes tersebut
reliable
rn < 0.70 maka tes tersebut reliable
3. Daya Pembeda
Daya pembeda yaitu kemampuan
suatu butir soal untuk dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal menggunakan rumus sebagai
berikut :
Keterangan : D = Indeks daya pembeda
JBA = Jumlah skor kelompok atas
JBB = Jumlah skor kelompok bawah
JSA = Jumlah siswa kelompok atas
SMI = skor maksimal ideal
Kriteria
: D ≤
0,00 =
sangat kurang
0,00 < D > 0,20 = kurang
0,20 < D > 0,40 = cukup
0,40 < D > 0,70 = baik
0,70 < D > 1,00 = sangat baik
4. Indeks Kesukaran
Bermutu atau tidaknya
butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat
kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item
tersebut. Menurut Witherington (Sudijono, 2001:317) mengatakan bahwa sudah atau
belum memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari
besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut.
Untuk menghitung indeks kesukaran menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : IK = Indeks Kesukaran
JBA = Jumlah skor kelompok atas
JBB = Jumlah skor kelompok bawah
JSA = Jumlah siswa kelompok atas
SMI = skor maksimal ideal
Kriteria
: IK = 0,00 =
terlalu sukar
0,00 < IK > 0,20 = sukar
0,20 < IK >
0,40 = sedang
0,40 < IK >
0,70 = mudah
0,70 < IK >
1,00 =
terlalu mudah
L. Prosedur Penelitian
Dalam
prosedur penelitian penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan
beberapa kegiatan yaitu mengamati permasalahan yang terjadi di kelas tempat
peneliti melakukan penelitian, kemudian menuangkan permasalahan tersebut
kedalam bentuk proposal skripsi, kemudian di seminarkan dan dengan beberapa
perbaikan, penyempurnaan proposal dapat di selesaikan, membuat RPP, instrument
penelitian (pembuatan LKS dan latihannya, pembuatan soal kuis, pembuatan
perangkat tes serta kunci jawabannya) menyiapkan ijin penelitian, menguji coba
instrument.
2.
Tahap Pelaksanaan
Penulis
membagi pelaksanaan menjadi tiga tahap yaitu
a.
Pemberian Tes awal / Pretes
Tes awal diberikan sebelum dilakukan
perlakuan pembelajaran menggunakan pendekatan RME pada kelas eksperimen dan
pembelajaran langsung pada kelas Kontrol dengan menggunakan aplikasi microsoft
mathematika.
b.
Pelaksanaan perlakuan atau pembelajaran
Pada awal pelaksanaan tes awal sampel
atau subyek di bagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang akan
menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME dan kelompok
kontrol yaitu kelompok yang menggunakan model pembelajaran biasa. Pada tahap
pertama kedua kelompok tersebut melakukan tes awal dengan soal yang sama. Pada
tahap kedua, kelompok di bedakan perlakuan pembelajarannya. Selama tiga kali
pertemuan.
1)
Perlakuan pada kelas Eksperimen
Pembelajaran
pada kelas eksperimen meliputi beberapa tahap :
a)
Pendahuluan, meliputi kegiatan apersepsi, motivasi, menginformasikan prosedur
pembelajaran yang akan dilaksanakan, memberikan acuan bahan belajar yang akan
disajikan dan tujuan pembelajaran yang akan di capai.
b)
Memberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME , yaitu dengan
membentuk kelompok 4-6 orang yang heterogen. Setelah pembagian kelompok,
selanjutnya adalah memberikan penomoran. Guru memberikan pertanyaan kepada
siswa dan pertanyaannya dapat bervariasi, kemudian siswa mengajukan pendapatnya
terhadap pernyataan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam timnya untuk
mengetahui jawabannya. Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sama harus mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas. penutup, diakhiri dengan meyimpulkan materi dan
mengakhiri kegiatan.
Penulis
menggunakan perincian sebagai berikut :
a)
Lima menit pertama menjelaskan tentang tujuan pembelajaran baik tujuan umum
maupun khusus
b)
Sepuluh menit kedua membagi kelompok dan memberikan penomoran
c)
Lima belas menit ketiga memberikan bahan ajar atau materi
d)
Dua puluh menit ke empat siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan soal-soal
dalam kelompok
e)
Sepuluh menit kelima pembahasan soal-soal dari nomor yang telah di panggil
f)
Lima menit terakhir penutup dengan menyimpulkan materi dan mengakhiri kegiatan.
2)
Perlakuan pada kelas Kontrol
Pembelajaran
pada kelas control meliputi beberapa tahap :
a)
Pendahuluan, meliputi kegiatan apersepsi, motivasi, menginformasikan materi
yang akan disajikan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b)
Melaksanakan pembelajaran model biasa, yaitu berupa ceramah, Tanya jawab dan
latihan soal.
c)
Penutup, diakhiri dengan kegiatan mengerjakan soal yang sama dengan kelas
eksperimen.
c.
Pelaksanaan tes akhir
Pemberian
tes akhir dilakukan setelah tiga kali pertemuan pada kelas eksperimen maupun
kelas control dengan soal yang sama pada kedua kelompok.
3.
Tahap Evaluasi
Dilakukannya
pre tes sebelum perlakuan dan dan setelah perlakuan
Tujuannya
adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
RME apakah lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran model biasa ?.
Dengan cara membandingkan hasil dari kedua kelas yang menggunakan masing-masing
model pembelajaran tersebut.
TAHAP
PERSIAPAN
|
BAGAN
PROSEDUR PENELITIAN
TAHAP
PELAKSANAAN
a.
Pemberian tes awal / prestes
b.
Pelaksanaan perlakuan atau pembelajaran
1.
Perlakuan pada kelas eksperimen
2.
Perlakuan pada kelas kontrol
c.
Pelaksanaan tes akhir
|
TAHAP
EVALUASI
|
M. Prosedur
Pengolahan data
Data
hasil dari penelitian ini diolah dengan menggunakan MINITAB 14 dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Uji Normalitas data
Uji
normalitas data pretes dan postes dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya
distribusi nilai pretes dan postes. Uji normalitas ini menggunakan uji
Kolmogorov-mirnov yang berguna untukmenguji apakah suatu sampel berasal dari
suatu populasi dengan distribusi tertentu, terutama distribusi normal.
H0 :
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 :
Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Adapun
penentuan kesimpulan berdasarkan probabilitas sebagai berikut :
Jika
probabilitas (p) > 0,05, maka H0 : diterima
Jika
probabilitas (p) < 0,05, maka H1 : ditolak
2.
Uji Homogenitas Varian
Uji
homogenitas dilakukan jika kedua kelompok berdistribusi normal, yaitu dengan
menguji varian kedua kelompok menggunakan uji F. pengujian tersebut untuk
mengetahui apakah varians kedua kelompok sama tau berbeda. Sedangkan jika kedua
kelompok berdistribusi tidak normal maka dilakukan pengujian non parametik.
H0 :
Sampel kedua varians adalah sama
H1 :
Sampel kedua varians adalah berbeda
Peneliti
menggunakan 2 varian pada sampel in different columns. Dengan ketentuan :
Jika
probabilitas > 0,05 maka H0 : diterima
Jika
probabilitas < 0,05 maka H0 : ditolak
3.
Uji Signifikan perbedaan rata-rata
Uji
signifikan perbedaan rata-rata digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata
kelas eksperimen dan kelas control.
H0 :
Rata-rata nilai kedua sampel adalah sama
H1 :
Rata-rata nilai kedua sampel berbeda
Pengujian
ini menggunakan 2 sampel t pada sampel in different columns. Dengan ketentuan :
Jika
probabilitas > 0,05 maka H0 : diterima
Jika
probabilitas < 0,05 maka H0 : ditolak
N. Jadwal
Penelitian
Kegiatan
|
Bulan ke
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
1.
Penyusunan proposal
|
v
|
|||||
2.
Penyusunan instrumen penelitian
|
v
|
|||||
3. Uji
coba instrumen penelitian
|
v
|
|||||
4.
Penelitian di lapangan
|
v
|
v
|
||||
5.
Pengolahan data
|
v
|
|||||
6.
Penulisan bab 1-3
|
v
|
|||||
7.
Penulisan bab 4-5
|
v
|
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsini. (2002). Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Depdikbud
(2001). Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka
Hudojo,
H (1988) Strategi
Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud
Ibrahim,
dan Sudjana (2009). Penelitian
dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Kagan.
2000. Cooperative Learning Structure. Numbered Heads
Together, (Online), http://Alt.Red/clnerwork/numbered.htm (10 Desember 2016).
Lamadi,
Ardi, (Online), http://ardi-lamadi.blogspot.com/2016/12/kerangka-teori-dan-hipotesis-tindakan.html (10
Desember 2016).
Munjiali,
(2004). Kelompok
Kerja Guru. Makalah pada Pelatihan Guru Sekolah Dasar
Rahayu,
Sri, (Online), http://pelawiselatan.blogspot.com/2009/03/number-head-together-html (10
Desember 2016).
Russefendi,
(1991) Pengantar
Kepada Pembantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika
untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.
Sardiman,
(1986). Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV. Rajawali
Sudijono,
H (2001) Pengantar
Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada
Suhena,
E (2001) Pembelajaran
Keterampilan Proses Matematika Melalui Belajar Kooperatif. Tesis
Pada Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia :
Tidak diterbitkan
Tryana,
Antin. 2008. Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT)
Xpresiriau,(Online) http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/pembelajaran-konvensional (10 Desember
2016)
Yusuf, M
(2003) Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika. Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika
Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas VIII SMP dan MTs. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Dian Ayu Suryaningsih. 2010. Pembelajaran
Matematika Dengan Metode SQ3R Ditinjau dari Keaktifan Siswa dalam Belajar
Matematika Pokok Bahasan Segitiga. (Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Sugiyono. 2007. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.