makalah seminar agama
MAKALAH
SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“KEWAJIBAN BERDAKWAH”
Di susun
sebagai salah satu tugas mata pelajaran pendidikan agama islam

Disusun oleh
Siti Romlah NIM : 14510123
Lia Awaluhum
NIM : 14510275
Rita Susanti
NIM : 14510155
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SILIWANGI BANDUNG
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan
kehadirat Alloh SWT atas berkat rahmat dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini .
Dalam penyusunan makalah ini penulis
bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan wawasan
dalam pentingnya berdakwah khususnya kita sebagai umat islam dan semoga
kita senantiasa selalu dalam jalan kebenaran dalam menjalankan Amar ma’ruf Nahi
Munkar dimanapun kita berada. Sebagaimana sabda Rosululloh SAW “ Sampaikanlah
kebenaran itu olehmu walaupun satu ayat “(HR.Bukhari Muslim )
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang
budiman sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan
datang.
Semoga dengan di susunnya
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin
CikalongWetan, Maret
2015
Penyusun
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Kewajiban dakwah merupakan suatu yang tidak mungkin
dihindarkan dari kehidupannya, bersama dengan pengakuan dirinya sebagai seorang
yang mengidentifikasi diri sebagai seorang penganut Islam. Sehingga orang yang
mengaku diri sebagai seorang muslim, maka secara otomatis pula dia itu menjadi
seorang juru dakwah.
Dakwah merupakan bagian yang
sangat penting dalam kehidupan seorang muslim, bahkan tidak berlebihan apabila
kita katakan bahwa tidak sempurna seseorang itu muslim, apabila dia menghindari
tanggung jawabnya sebagai seorang juru dakwah. Dalam berdakwah, seringkali
langkah yang ditempuh tidak mulus, akan tetapi banyak mengalami hambatan dan
rintangan selalu menyertai usaha berdakwah. Untuk mengantisipasi segala
kemungkinan ataupun ganjalan yang akan muncul, maka diperlukan siasat cermat
dan strategi jitu harus segera diambil. Untuk menunjang dalam mencapai sukses
atau k eberhasilan dakwah, perlu diusahakan usaha-usaha yang tepat dan konkrit,
baik dalam bentuk metode atau alat yang akan dipakai untuk berdakwah. Salah
satu usaha memenuhi harapan itu, yang perlu diperhatikan yaitu semakin lajunya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula dakwah dalam
menyebarluaskan agama Islam, juga perlu memperhatikan hal tersebut
B.
RUMUSAN
MASALAH
v Apa makna dan tujuan berdakwah ?
v Metode apa sajakah yang di gunakan
untuk berdakwah ?
v Apasajakah komponen dalam berdakwah
?
C.
TUJUAN
v Untuk mengetahui makna dan tujuan
berdakwah
v Untuk mengetahui metode yang di
gunakan untuk berdakwah
v Untuk mengetahui berbagai komponen dalam berdakwah
BAB
2
PEMBAHASAN MATERI
1. PENGERTIAN
Secara etimologis, kata
“dakwah” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan
seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk dari
isim masdar yang berasal dari kata kerja : دعا, يدعو, دعوة artinya : menyeru,
memanggil, mengajak.
Dalam pengertian yang
integralistik dakwah merupakan suatu proses yang
berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah
sasaran dakwah agar
bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang
Islami.
Sedangkan ditinjau dari segi
terminologi, banyak sekali perbedaan pendapat tentang definisi dakwah di
kalangan para ahli, antara lain:
- Menurut
A. Hasmy dalam bukunya Dustur Dakwah Menurut
al-Qur’an, mendefinisikan dakwah yaitu: mengajak orang lain untuk
meyakini dan mengamalkan akidah dan syariat Islam yang terlebih dahulu
telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah itu sendiri.21
- Menurut
Syekh Ali Mahfud. Dakwah Islam adalah memotivasi manusia agar melakukan
kebaikan menurut petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebajikan dan melarang
mereka berbuat kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagian dunia
dan akhirat.22
- Menurut
Amrullah Ahmad .ed., dakwah Islami merupakan aktualisasi
Imani (Teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia
beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk
mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada
tataran kegiatan individual dan sosio kultural dalam rangka mengesahkan
terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan
cara tertentu.
- Menurut
Amin Rais, dakwah adalah gerakan simultan dalam berbagai bidang kehidupan
untuk mengubah status quo agar nilai-nilai Islam memperoleh kesempatan
untuk tumbuh subur demi kebahagiaan seluruh umatmanusia.
- Menurut
Farid Ma’ruf Noor, dakwah merupakan suatu perjuangan hidup untuk
menegakkan dan menjunjung tinggi undang-undang Ilahi dalam seluruh aspek
kehidupan manusia dan masyarakat sehingga ajaran Islam menjadi shibghah
yang mendasari, menjiwai, dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku
dalam hidup dankehidupannya.
- Menurut
Abu Bakar Atjeh, dakwah adalah seruan kepada semua manusia untuk kembali
dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, yang dilakukan dengan penuh
kebijaksanaan dan nasehat yang baik.
- Menurut
Toha Yahya Umar, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana ke
jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan
kebahagiaan dunia akherat.
Dari
beberapa definisi di atas paling tidak dapat diambil kesimpulan tentang dakwah:
Ø Dakwah itu adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar
dan terencana.
Ø Usaha dakwah itu adalah untuk memperbaiki situasi yang lebih
baik dengan mengajak manusia untuk selalu ke jalan Allah SWT.
Ø Proses penyelengaraan itu adalah untuk mencapai tujuan
yang bahagia dan sejahtera, baik di dunia maupun akhirat.
Dalam
kaitannya dengan makna dakwah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan secara
seksama, agar dakwah dapat dilaksanakan dengan baik.
v Pertama, dakwah sering disalah artikan sebagai pesan yang
datang dari luar. Pemahaman ini akan membawa konsekuensi kesalahlangkahan
dakwah, baik dalam formulasi pendekatan atau metodologis, maupun formulasi
pesan dakwahnya. Karena dakwah dianggap dari luar, maka langkah pendekatan
lebih diwarnai dengan pendekatan interventif, dan para dai lebih mendudukkan
diri sebagai orang asing, tidak terkait dengan apa yang dirasakan dan
dibutuhkan oleh masyarakat.
v Kedua, dakwah sering diartikan menjadi sekadar ceramah dalam
arti sempit. Kesalahan ini sebenarnya sudah sering diungkapkan, akan tetapi
dalam pelaksanaannya tetap saja terjadi penciutan makna, sehingga orientasi
dakwah sering pada hal-hal yang bersifat rohani saja. Istilah “dakwah
pembangunan” adalah contoh yang menggambarkan seolah-olah ada dakwah yang tidak
membangun atau dalam makna lain, dakwah yang pesan-pesannya penuh dengan tipuan
sponsor.
v Ketiga, masyarakat yang dijadikan sasaran dakwah sering
dianggap masyarakat yang vacum ataupun steril, padahal dakwah sekarang ini
berhadapan dengan satu setting masyarakat dengan beragam corak dan keadaannya,
dengan berbagai persoalannya, masyarakat yang serba nilai dan majemuk dalam
tata kehidupannya, masyarakat yang berubah dengan cepatnya, yang mengarah pada
masyarakat fungsional, masyarakat teknologis, masyarakat saintifik dan
masyarakat terbuka.
v Keempat, Sudah menjadi tugas manusia untuk menyampaikan saja
(al-Ghaasyiah: 21-22), sedangkan masalah hasil akhir dari kegiatan dakwah
diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Ia sajalah yang mampu memberikan
hidayah dan taufik-Nya kepada manusia, Rasulullah SAW sendiripun tidak mampu memberikan
hidayahnya kepada orang yang dicintainya (al-Qashash: 56). Akan tetapi, sikap
ini tidaklah berarti menafikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari
kegiatan dakwah yang dilakukan. Dakwah, jika ingin berhasil dengan baik,
haruslah memenuhi prinsip-prinsip manajerial yang terarah dan terpadu, dan
inilah mungkin salah satu maksud hadis Nabi, “Sesungguhnya Allah sangat
mencintai jika salah seorang di antara kamu beramal, amalnya itu dituntaskan.”
(HR Thabrani). Karena itu, sudah tidak pada tempatnya lagi kalau kita tetap
mempertahankan kegiatan dakwah yang asal-asalan.
v Kelima, secara konseptual Allah SWT akan menjamin kemenangan
hak para pendakwah, karena yang hak jelas akan mengalahkan yang bathil
(al-Isra’ : 81). Akan tetapi, sering dilupakan bahwa untuk berlakunya
sunatullah yang lain, yaitu kesungguhan (ar-Ra’d: 11). Hal ini berkaitan dengan
erat dengan cara bagaimana dakwah tersebut dilakukan, yaitu dengan al-Hikmah,
mau’idzatil hasanan, dan mujadalah billatii hiya ahsan (an-Nahl: 125).
Berbicara tentang dakwah
adalah berbicara tentang komunikasi, karena komunikasi adalah kegiatan
informatif, yakni agar orang lain mengerti, mengetahui dan kegiatan persuasif,
yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu
faham atau keyakinan, melakukan suatu kegiatan atau perbuatan
dan lain-lain. Keduanya (dakwah dan komunikasi) merupakan bagian
integral yang tidak dapat dipisahkan.
Dakwah adalah komunikasi, akan
tetapi komunikasi belum tentu dakwah, adapun yang membedakannya adalah terletak
pada isi dan orientasi pada kegiatan dakwah dan kegiatan komunikasi. Pada
komunikasi isi pesannya umum bisa juga berupa ajaran agama, sementara orientasi
pesannya adalah pada pencapaian tujuan dari komunikasi itu sendiri, yaitu munculnya
efek dan hasil yang berupa perubahan pada sasaran. Sedangkan pada dakwah isi
pesannya jelas berupa ajaran Islam dan orientasinya adalah penggunaan metode
yang benar menurut ukuran Islam. Dakwah merupakan komunikasi ajaran-ajaran
Islam dari seorang da’i kepada ummat manusia dikarenakan didalamnya terjadi
proses komunikasi.
2.
KEUTAMAAN BERDAKWAH
Allah Ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي
الأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
“Dia-lah
yang mengutus kepada kaum yang ummi (buta huruf) seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, menyucikan mereka, dan
mengajarkan mereka Al-Kitab dan Hikmah (As-Sunnah).” (QS. Al-Jumuah: 2)
dan Allah Ta’ala berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ
“Kalian
adalah umat terbaik yang pernah dilahirkan untuk manusia, kalian menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Ali- Imran: 110)
Dari Abu
Mas’ud Uqbah bin Amir Al-Anshari -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah
-shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ
مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjuki kepada
kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.”(HR. Muslim no. 1893)
Dari Abu
Hurairah -radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-
bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ
مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ, لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئاً. وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ
مَنْ تَبِعَهُ, لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئاً
“Barangsiapa yang mengajak menuju hidayah maka dia
mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa
mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Barangsiapa yang mengajak
menuju kesesatan maka dia mendapatkan dosa seperti doa orang-orang yang
mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.” (HR.
Muslim no. 2674)
Dari Abu
Umamah Al-Bahili -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi
wasallam- bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا, لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِي النَّاسِ الْخَيْرَ
“Sesungguhnya
para malaikat, serta semua penduduk langit-langit dan bumi, sampai semut-semut
di sarangnya, mereka semua bershalawat atas orang yang mengajarkan
kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Tirmizi no. 2685 dan
dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 1/36 dan Shahih
Al-Jami’ no. 1883)
Makna
bershalawat atasnya adalah mendoakan dan memintakan ampun untuknya.
Penjelasan
ringkas:
Para ulama adalah pewaris para nabi, dan
selain mereka mewarisi ilmu mereka, mereka juga mewarisi tugas mereka yaitu
berdakwah dan mengajak manusia menuju kebaikan dan mencegah mereka dari
kemungkaran. Karenanya mereka (para ulama) merupakan manusia yang terbaik pada
setiap zaman tatkala mereka mewarisi tugas manusia yang terbaik pula, yaitu para
nabi.
Dalam ayat surah Al-Jumuah di atas
disebutkan 4 tugas para nabi yang juga merupakan tugas para ulama: Membacakan
ayat-ayat Allah kepada manusia, menyucikan mereka, mengajarkan Al-Kitab kepada
mereka, dan mengajarkan sunnah kepada mereka. Inilah tugas mereka, sehingga
barangsiapa yang mengajari manusia dengan selain dengan empat perkara ini maka
sungguh dia telah melenceng dari tugasnya yang sebenarnya. Dan bisa dipastikan
barangsiapa yang mengajak manusia dengan selain empat perkara ini maka dia telah
mengajak mereka kepada kesesatan dan dia akan mendapatkan dosa semua orang yang
telah dia sesatkan sampai hari kiamat.
Sebaliknya
orang yang menjalankan keempat tugas ini maka sungguh dia telah mengajak kepada
petunjuk dan dia akan mendapatkan pahala semua orang yang mengikutinya sampai
hari kiamat. Bahkan bukan hanya itu, dia juga akan mendapatkan pengampunan dari
Allah Ta’ala serta akan didoakan dan dimintakan ampun oleh semua penghuni
langit dan bumi, mulai dari semut di dalam tanah sampai para malaikat yang
berada di atas langit.
3. KOMPONEN
DALAM BERDAKWAH
Yang dimaksud komponen dakwah dalam
pembahasan ini adalah bagian-bagian yang terkait dan merupakan satu kesatuan
dalam suatu penyelenggaraan dakwah. Jadi, unsur-unsur dakwah tersebut adalah:
1. Subjek
Dakwah
Dalam hal ini yang dimaksud dengan
subjek dakwah adalah yang melaksanakan tugas-tugas dakwah, orang itu disebut
da’i atau muballigh. Dalam
aktivitasnya subjek dakwah dapat secara individu ataupun bersama-sama. Hal ini
tergantung kepada besar kecilnya skala penyelenggaraan dakwah dan
permasalahan-permasalahan dakwah yang akan digarapnya. Semakin luas dan
kompleks-nya permasalahan dakwah yang dihadapi, tentunya besar pula
penyelenggaraan dakwah dan mengingat keterbatasan subjek dakwah, baik di bidang
keilmuan, pengalaman, tenaga dan biaya, maka subjek dakwah yang terorganisir
akan lebih efektif daripada yang secara individu (perorangan) dalam rangka
pencapaian tujuan dakwah. Dalam pengertian subjek dakwah yang terorganisir,
dapat dibedakan dalam tiga komponen, yaitu (1) da’i, (2) perencana dan (3)
pengelola dakwah.
Sebagai seorang da’i harus mempunyai
syarat tertentu, diantaranya:
v Menguasai isi kandungan al-Quran dan sunah Rasul serta
hal-hal yang berhubungan dengan tugas-tugas dakwah.
v
Menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubungannya dengan tugas-tugas dakwah.
v
Takwa pada Allah SWT.
2.
Objek Dakwah (audience).
Objek dakwah adalah setiap
orang atau sekelompok orang yang dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan
dakwah. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap manusia tanpa membedakan
jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna kulit, dan lain sebagainya,
adalah sebagai objek dakwah. Hal ini sesuai dengan sifat keuniversalan dari
agama Islam dan tugas kerisalahan Rasulullah.
Ditinjau dari segi tugas
kerisalahan Rasullulah SAW, maka objek dakwah dapat digolongkan menjadi dua
kelompok, pertama, umat dakwah yaitu umat yang belum menerima, meyakini, dan
mengamalkan ajaran agama Islam. Kedua, umat ijabah yaitu umat yang dengan
secara ikhlas memeluk agama Islam dan kepada mereka sekaligus dibebani
kewajiban untuk melaksanakan dakwah.
Mengingat keberadaan objek dakwah
yang heterogen, baik pada tingkat pendidikan, ekonomi, usia, dan lain
sebagainya, maka keberagaman tersebut hendaknya dapat dijadikan pertimbangan
dalam penentuan model penyelenggaraan dakwah, sehingga benar-benar dapat secara
efektif dan berhasil dalam menyentuh persoalan-persoalan kehidupan umat manusia
sebagai objek dakwah.
3. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah isi
pesan yang disampaikan oleh da’i kepada objek dakwah, yakni ajaran agama Islam
sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an dan Hadits.
Agama Islam yang bersifat universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dan bersifat abadi sampai di akhir jaman serta mengandung ajaran-ajaran tentang tauhid, akhlak dan ibadah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa materi dakwah meliputi tauhid, akhlak, dan ibadah. Sangat mendalam dan luasnya ajaran Islam menuntut subjek dakwah dalam penyampaian materi dakwah sesuai dengan kondisi objektif objek dakwah, sehingga akan terhindar dari pemborosan. Oleh karena itu, seorang da’i hendaknya mengkaji objek dakwah dan strategi dakwah terlebih dahulu sebelum menentukan materi dakwah sehingga terhindar dari hal-hal yang dapat menghambat kegiatan dakwah.
Agama Islam yang bersifat universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dan bersifat abadi sampai di akhir jaman serta mengandung ajaran-ajaran tentang tauhid, akhlak dan ibadah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa materi dakwah meliputi tauhid, akhlak, dan ibadah. Sangat mendalam dan luasnya ajaran Islam menuntut subjek dakwah dalam penyampaian materi dakwah sesuai dengan kondisi objektif objek dakwah, sehingga akan terhindar dari pemborosan. Oleh karena itu, seorang da’i hendaknya mengkaji objek dakwah dan strategi dakwah terlebih dahulu sebelum menentukan materi dakwah sehingga terhindar dari hal-hal yang dapat menghambat kegiatan dakwah.
4. Metode Dakwah.
Metode dakwah adalah
cara-cara menyampaikan pesan kepada objek dakwah, baik itu kepada individu,
kelompok maupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini
dan diamalkan. Sebagaimana yang telah tertulis dalam al-Qur’an dalam surat
an-Nahl ayat 125:
اُدْعُ
إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ
سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْن َ
Artinya: “Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”( An- Nahl : 125 )
5. Landasan Dakwah
dalam al- Qur’an ada tiga, yaitu:
v Bil hikmah ( kebijaksanaan), yaitu cara-cara penyampaian
pesan-pesan dakwah yang sesuai dengan keadaan
penerima dakwah. Operasionalisasi metode dakwah bil hikmah dalam
penyelenggaraan dakwah dapat berbentuk: ceramah-ceramah pengajian, pemberian
santunan kepada anak yatim atau korban bencana alam, pemberian modal,
pembangunan tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya.
v Mau’idah hasanah,
yakni memberi nasehat atau mengingatkan kepada orang lain dengan tutur kata
yang baik, sehingga nasehat tersebut dapat diterima tanpa ada rasa
keterpaksaan. Penggunaan metode dakwah model ini dapat dilakukan antara lain
dengan melalui: (1) kunjungan keluarga, (2) sarasehan, (3) penataran/kursus-kursus,
(4) ceramah umum, (5) tabligh, (6) penyuluhan.
v Mujadalah (bertukar pikiran dengan cara yang baik),
berdakwah dengan mengunakan cara bertukar pikiran (debat). Pada masa sekarang
menjadi suatu kebutuhan, karena tingkat berfikir masyarakat sudah mengalami
kemajuan. Namun demikian, da’i hendaknya harus mengetahui kode etik (aturan
main) dalam suatu pembicaraan atau perdebataan, sehingga akan memperoleh
mutiara kebenaran, bahkan terhindar dari keinginan mencari popularitas ataupun
kemenangan semata.
4.
TUJUAN
DAKWAH
Sebagai bagian dari kegiatan
dakwah Islam tentunya mempunyai tujuan. Secara hakiki dakwah mempunyai tujuan
menyampaikan kebenaran ajaran yang ada dalam al-Qur’an-al-Hadits dan mengajak
manusia untuk mengamalkanya. Tujuan dakwah ini dapat dibagi menjadi, tujuan
yang berkaitan dengan materi dan objek dakwah.38Dilihat dari aspek tujuan
objek dakwah ada empat tujuan yang meliputi: tujuan perorangan, tujuan untuk
keluarga, tujuan untuk masyarakat, dan tujuan manusia sedunia. Sedangkan tujuan
dakwah dilihat dari aspek materi, menurut Masyhur Amin ada tiga tujuan yang
meliputi :
- Pertama,
tujuan akidah, yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-tiap
manusia.
- Kedua,
tujuan hukum, aktivitas dakwah bertujuan terbentuknya umat manusia yang
mematuhi hukum-hukum yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.
- Ketiga,
tujuan akhlak, yaitu terwujudnya pribadi muslim yang berbudi luhur dan
berakhlakul karimah.
Dari keseluruhan tujuan
dakwah dilihat dari aspek maupun materi dakwah, maka dapat dirumuskan tujuan
dakwah adalah untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
PENUTUP
Alahamdulillah rasa
syukur senantiasa penulis panjatkan atas berkat rahmat dan kuasanya penulis
telah menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan adanya lampiran dalam makalah
ini menjadikan motivasi bangidetiap yang membacanya .
Kami akui bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan baik itu daalam
hal penulisan , media , penempatan kalimat , dan lain sebagainya. Untuk hal itu
kami mihon maaf yang sebesar-besarnya, karena kami masih dalam tahap belajar.
Tidak lupa keritik dan saran senantiasa penullis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepadaa semua pihak yang
telah membantu daalam penyusunan mmakalah ini, terutama bagi rekan yang menjadi
anggota dengan kelompk ini.
Cikalong wetan ,Maret 2015
Penyusun
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Quran nul karim
Al-Qarani,Dr. ‘Aidh Bin Abdulloh .2004.Dakwah islamiyyah.Bandung:
Irsyad Baitussalam
Http.www.Dakwah islam.com