Aku kau dan sebuah tasbeh

Part 2

Singkat cerita,  tiga bulan berlalu semua kegiatan baik itu di sekolah maupun dipesantren dapat kulalui dengan lancar kini tiba acara perlombaan antar kelas dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Perlombaan tersebut terdiri dari kelas ulya,  wusto dan mubtadi. Tidak disangka-sangka juara 1 lomba hafalan sholat dapat ku raih sedangkan untuk juara 2 dan 3 diraih oleh santri laki-laki teman sekelasku juga. "Ciee... Cieee... Akhirnya cocok banget kamu Din bersanding sama Doni.  Sama-sama pinter ngaji,  juara pula nanti bisa saling berlomba", goda Fana sambil meledek.  Dan tak lama kemudian santri Putri mulai banyak yang bersorak.  Ada yang memberikan pujian dan juga mengolok-olok padaku dan Doni. Tanpa sadar aku memalingkan muka dan sepertinya memutarkan bola mata sehingga Fana temanku merasa bahwa aku marah sekali.  "Din,  maaf yaa... Aku kan cuma bercanda", pintanya sambil memegang bahuku.  "Ia tidak apa-apa ko,  tidak diambil hati juga,  kalem aja kali", tegasku. Dengan hati yang bahagia dan merasa bangga akupun berdo'a semoga ini merupakan awal yang menjadikan ku lebih termotivasi lagi untuk rajin belajar mempelajari ilmu agama.

Rembulan malam sangat terang sekali layaknya bulan pada pertengahan tanggal 15, seolah-olah mengiringi rasa kegembiraan hatiku dan menemaniku dalam lelapnya tidur. "Dinda bangun,  jam 3 Din. Katanya kamu mau ke masjid untuk menghafal", Fana membangunkanku dalam tidur panjang yang kurasa baru sekitar 10 menit aku menutup mata dan terlelap dalam tidur.  Akupun bangun dan bergegas mengambil air wudhu dan pergi ke masjid.  Tak kusangka lampu masjid masih belum menyala dan pintu masjid masih tertutup. Dan ternyata ada seorang santri putra yang tidur disana. Walaupun dengan rasa takut,  aku memberanikan diri mengetuk pintu masjid dan membukanya. Karena malu diapun berlari dengan kepala yang tertutup oleh sarung yang dipakai selimut.  Ketika menyalakan lampu, kulihat sebuah tasbeh tergeletak diatas sajadah mungkin itu adalah milik santri tadi ujarku dalam hati. Tanpa peduli aku membiarkan tanpa menyentuh tasbeh tersebut. Selesai solat sunat dan wiridan akupun melanjutkan untuk membaca Al-quran hingga satu persatu santri yang lain mulai berdatangan dan memenuhi shaf barisan. Keesokan harinya seperti biasa aku datang awal ke masjid dan kali ini aku ditemani oleh Fana sahabatku.  kulihat tasbeh tersebut masih berada disana dan mulai berfikir siapa pemiliknya.  "Din,  ini punya kamu? ", tanya Dinda.  "Bukan,  ga tau punya siapa.  Dari kemarin sudah ada disitu tapi masih belum ada yang ngambil", ujarku. Tiba-tiba seseorang dari tangga datang dan mengucapakan salam.  "Assalamu'alaikum... Ada yang lihat tasbeh? ", tanya santri tersebut.  "Tuh ada disana",  Fana menunjukan tasbeh yang berada dipinggirnya.  "Din,  ganteng din pagi-pagi udah ketemu sama si doi, kayanya jodoh Din", ujar Fana.  "Kamu selalu saja seperti itu, sudah ah kita kan lagi di masjid nanti pahalanya ilang loh tadinya niat mau ibadah malah ngelirik cowo", tegasku.  "Ah kamu bisa aja ngeselin orang,  eh tapi aku ingat loh dia itu si Doni juara dua waktu perlombaan", Fana masih bersikeras dengan apa yang di ucapkannya. "Sudah ah,  ayo solat",ajakku.  Kamipun melaksanakan solat dan kegiatan lain seperti biasa.

Keesokan harinya disekolah setelah 3 bulan berlalu,  sepucuk surat yang sama telah kuterima kembali dengan isi yang persis sama seperti waktu pertama aku mendapat surat.  Untuk kali ini aku mulai penasaran siapa yang mengirimiku surat tersebut. Kemudian seseorang menyapaku " Assalamu'alaikum... Sambil menekupkan tangan di dadanya. Dengan respon yang cepat akupun menjawab salamnya dan ketika melirik ternyata laki-laki tersebut adalah Doni teman sekelasku. Tanpa kusadari aku mungkin bersikap linglung dan salah tingkah akupun langsung pergi dan mencari tempat dudukku.

Seminggu berlalu,  entah apa yang kurasakan semenjak hari itu perasaanku selalu tidak enak. Sampai suatu ketika hari itu adalah hari ulang tahunku dan tanpa d sangka-sangka sebelum tidur fanna membawakanku sebuah kado yang berisikan boneka teddy bear dan sebuah tasbeh.  "Dari siapa fann? ", tanyaku.  "Buka ajah isi suratnya ,  nanti kamu tahu sendiri! ", ujarnya.  Akupun membuka surat yang ada didalamnya dan pesannya senantiasa terngiang didalam pikiranku . "Cobalah untuk menyayangi seseorang , by : yang menyayangimu (Doni) ". Kaki dan badanku mulai lemas karena membaca surat tersebut.  Apa ini aku tak mau terlibat dalam masalah seperti ini. 

Akhirnya kehidupan yang tak tenang yang aku banyangkan dimulai,  hari-hariku menjadi tak tenang.  Bukannya aku menolak melainkan bukan saatnya,  pikirku.  Akhirnya aku memutuskan untuk mengirimkan surat balasan sebagai ucapan tanda terimakasih dan penjelasanku tentang perasaan dan keadaan yang terjadi .

Dear: Doni

Sungguh,  sungguh aku berterimakasih sekali hal ini merupakan sanjungan untukku apalagi diberikan sebuah kado yang teramat Indah di usiaku yang sekarang apalagi itu adalah kado pertamaku dari seorang laki-laki.  bukannya tak ingin dan tak berperasaan jika seharusnya aku jujur mungkin ia aki juga perasaan kepadamu,  tapi akan aku hilangkan hal itu karena tak sepantasnnya dan juga belum saatnya.  Ini mungkin penolakan yaa,  tapi hal ini lebih baik daripada berhubungan dengan suasana hati dengan rasa ketakutan.  Satu hal yang aku tekankan aku tidak ingin merusak masa depanku!  Aku senantiasa teringat dengan nasihat orang tuaku.  "Nak,  ingatlah kalau kamu berani berpacaran,  jangan harap bisa menjadi juara kelas". Mungkin terasa konyol tapi hal itu adalah motivasi bagiku,  dan ku harap itu juga bisa menjadi motivasi bagimu.  Bersikaplah biasa seolah tak ada apapun , kita selalu menjadi teman ok!

Salam
Dinda

Nb: surat ini tak usah di balas

Ini merupakan surat pertama dan terakhir yang aku tulis.  Aku menitipkan surat tersebut kepada Fanna temanku yang sudah kupercaya.  Semenjak kejadian itu hari demi hari jadi terasa canggung tapi lama kelamaan mulai terbiasa seperti sediakala. 

#bersambung

Popular posts from this blog

macam macam software pembelajaran matematika

Puisi beruntun