Model- Model Pembelajaan

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Pembelajaran merupakan sebuah hal yang teramat penting dalam kehidupan manusia. Pembelajaran memiliki fungsi utama sebagai penurunan nilai dan norma dari orang tua kepada anak juga sebagai penyalur atau transfer ilmu dan informasi dari tenaga pendidik kepada para peserta didik. Pada hakikatnya pembelajaran ini dapat kita artikan sebagai sebuah kegiatan belajar mengajar yang melibatkan berbagai komponen yang terkait seperti tenaga pendidik, peserta didik dan juga komponen lainnya. Jika kita melihat kenyataan saat ini pembelajaran ini telah mengalami perkembangan dan telah sedemikian bervariasi di masyarakat. Sehingga dengannya perlu untuk kita klasifikasikan berdasarkan ciri-ciri khusus yang terdapat padanya. Model pembelajaran ,berbicara tentang model pembelajaran berarti berbicara dunia pendidikan, di dalam dunia pendidikan guru sebagai salah satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi, mempunyai peranan yang sangat vital didalam proses belajar mengajar untuk membawa anak didiknya kepada kedewasaan dalam arti yang sangat luas. Bahkan boleh dikatakan bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar ini 60% terletak ditangan guru.
Oleh karena itu proses belajar mengajar yang dibabaki oleh guru tidak akan     pernah tenggelam atau digantikan oleh alat atau lainnya.Maka hal itu perlu adanya model-model pembelajaran yang dijadikan pedoman untuk guru agar proses belajar mengajar lebih menarik yang nantinya mampu membentuk anak didiknya karena kedewasaan seperti yang diharapkan.





2.      Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a.       Apa pengertian dari model pembelajaran?
b.      Apa saja contoh model pembelajaran?
c.       Bagaimana langkah kerja dari beberapa contoh model pembelajaran?

3.      Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
a.         Mengetahui pengertian dari model pembelajaran.
b.         Mengetahui contoh dari model pembelajaran.
c.         Mengetahui cara penggunaan setiap model pembelajaran.













BAB II
ISI

1.      PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Pengertian pembelajaran
Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu  istilah yang memiliki
keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam
proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk
itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan
belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka
guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya.
Menurut Sudjana  dalam Sugihartono, dkk  pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat  menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution  mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan
kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan mendapatkan hasil yang
seoptimal mungkin.
Sedangkan  model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang  digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,  termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, Menurut Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000 : 10) juga mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Pada prinsipnya model pembelajaran adalah hal-hal penting yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai. Prinsip ini juga akan mengarahkan guru agar mereka dapat menjadikan siswa mereka aktif dalam proses pembelajaran. Dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar, guru dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang dirumuskan, dan siswa akan terbantu dalam mencapai hasil belajar yang maksimal. Dapat disimpulan bahwa Prinsip-prinsip pembelajaran adalah hal yang harus diimplementasikan oleh guru dalam seluruh proses pembelajaran yang dilakukannya terhadap siswa, termasuk dalam proses pemilihan dan pemakaian model pembelajaran. Model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan keadaan yang ada. Dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, guru hendaknya mampu mengkombinasikan dan mengadaptasikannya sehingga terciptalah model yang benar-benar efektif dan efesien bagi proses pembelajaran yang dilakukan.

2.      Contoh-contoh Model Pembelajaran dan Cara Penggunaanya
Model pembelajaran ini memiliki banyak contohnya. Namun pada makalah ini akan kita fokuskan pada beberapa contoh model pembelajaran yaitu, Kooperatif, Kontekstual, SAVI dan STAD.
a.      Model Pembelajaran Kooperatif
·         Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
·         Prinsip Dasar Penggunaan dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1.       Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.      Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3.      Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
4.      Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.       Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.      Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1.      Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3.      Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
·         Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
a.       Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
b.      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
c.       Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
d.      Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
e.       Membimbing kelompok belajar.
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar.
f.       Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
g.      Memberikan penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
b.      Model Pembelajaran Kontekstual
Ø  Pengertian
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Ø  Prinsip dasar
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
1.      Proses belajar
·         Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
·         Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
·         Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
·         Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
·         Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
·         Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
·         Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2.      Transfer Belajar
·         Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
·         Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
·         Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3.      Siswa sebagai Pembelajar
·         Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
·         Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
·         Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
·         Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4.      Pentingnya Lingkungan Belajar
·         Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
·         Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
·         Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
·         Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

Ø  Tujuh Komponen dalam Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual
1.      Konstruktivisme
h.      Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
i.        Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2.       Inquiry
·         Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
·         Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3.      Questioning (Bertanya)
·         Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
·         Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4.      Learning Community (Masyarakat Belajar)
·         Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
·         Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
·         Tukar pengalaman.
·         Berbagi ide
5.      Modeling (Pemodelan)
·         Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
·         Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6.      Reflection ( Refleksi)
·         Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
·         Mencatat apa yang telah dipelajari.
·         Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7.      Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
·         Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
·         Penilaian produk (kinerja).
·         Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
c.       Model Pembelajaran SAVI
Ø  Pengertian
Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Meier (Sidjabat, 2008). Kepanjangan dari SAVI adalah Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol.
1.      Somatis
Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh. Belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinetesis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu belajar secara berkala. Meier juga menguatkan pendapatnya dengan menyampaikan hasil penelitian neurologis yang menemukan bahwa pikiran tersebut di seluruh tubuh. Jadi dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya.
Somatis berarti bangkit dari tempat duduk dan bertindak aktif secara fisik selama proses belajar. Berdiri dan bergerak kesana kemari meningkatkan sirkulasi dalam tubuh dan oleh karena itu mendatangkan energi segar ke dalam otak. Belajar somatis merupakan belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis dengan melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.  Belajar somatis ini bias terhadapa tubuh dimana anak-anak yang bersifat somatis, yang tidak dapat duduk tenang dan harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran mereka tetap hidup. Dalam belajar somatis ini tubuh dan pikiran itu satu dimana penelitian neurologis telah menemukan bahwa pikiran tersebar diseluruh tubuh. Tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh. Jadi dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh  dalam belajar maka menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya. Melibatkan tubuh, untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh maka harus tercipta suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu.
2.      Auditori
Pikiran auditori lebih kuat dari apa yang di sadari. Telinga bekerja terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori. Dan ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa area penting di otak pun menjadi aktif. Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajar, maka dengan cara mendorong pembelajar untuk mengungkapkan dengan suara. Pembelajaran auditori merupakan belajar paling baik jika mendengar dan mengungkapkan kata-kata.
Menurut Meier (2004 : 95), belajar Auditori merupakan cara belajar standar bagi semua orang sejak awal sejarah. Seperti kita ketahui sebelum manusia mengenal baca tulis banyak informasi yang disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan misalnya mitos, dongeng-dongeng, cerita-cerita rakyat. Bangsa yunani kuno juga mendorong orang untuk belajar dengan suara lantang melalui dialog. Filosofi mereka adalah “jika kita mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicaralah tanpa henti”.
3.      Visual
Ketajaman penglihatan setiap orang itu kuat, disebabkan oleh fikiran manusia lebih merupakan prosesor citra dari prosesor kata. Citra karena konkret mudah untuk diingat dan kata, karena abstrak sehingga sulit untuk disimpan. Didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar. Dengan membuat yang visual paling tidak sejajar dengan yang verbal sehingga dapat membantu pebelajar untuk belajar lebih cepat dan baik.
Menurut Meier (2004 : 97), setiap orang memiliki ketajaman visual yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lainnya. Lebih lanjut meier mengungkapkan bahwa beberapa siswa (terutama pembelajar visual) akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan guru atau sebuah buku.
4.      Intelektual
Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untulk berfikir, meyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Pada intelektual identik dengan melibatkan pikiran untuk menciptakan pembelajarannya sendiri. Belajar bukanlah menyimpan informasi tetapi menciptakan makna, pengetahuan dan nilai yang dapat dipraktekkan oleh pikiran pebelajar.
Menurut Meier (2004 : 99), kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikirannya secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan mereka untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Lebih lanjut meier mendefinisikan intelektual sebagai pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untk berfikir, menyatukan pengalaman, menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan unuititif tubuh untuk membat makna baru bagian dirinya sendiri.
Dave Meier, 2005 , menambahkan satu lagi gaya belajar intelektual. Gaya belajar intelektual bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. “ Intelektual” adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.
Belajar beerdasarkan aktifitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/ pikiran terlibat dalam proses pembelajaran. (Dave Meier, 2005) .Dengan demikian, belajar bisa terjadi secara optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam proses pembelajaran, yaitu menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan dengan penggunaan semua indranya.
Menurut Warta (2010: 40), “Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki oleh siswa”. Dari pengertian ini, jelas bahwa pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua inderanya dalam proses pembelajaran.
Ø  Prinsip
Meier (Sidjabat, 2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut.
1)      Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
2)       Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
3)      Kerjasama membantu proses belajar.
4)       Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5)       Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
6)      Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7)      Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Ø  Langkah-langkah model pembelajaran SAVI
Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil
1)      Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal:
a.       Memberikan sugesti positif  
b.      Meberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
c.       Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
d.      Membangkitkan rasa ingin tahu
e.       Menciptakan lingkungan fisik yang positif 
f.       Menciptakan lingkungan emosional yang positif
g.      Menciptakan lingkungan social yang positif 
h.      Menenangkan rasa takut
i.        Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar 
j.        Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
k.      Merangsang rasa ingin tahu siswa
l.        Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal
2)      Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang barudengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yangdapat dilakukan guru:
a.       Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
b.      Pengamatan fenomena dunia nyata
c.       Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
d.      Presentasi interaktif
e.       Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni
f.       Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
g.      Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
h.      Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
i.        Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
j.        Pelatihan memecahkan masalah
3)      Tahap Pelatihan (Kegiata Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerapengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
a.       Aktivitas pemrosesan siswa
b.      Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
c.       Simulasi dunia-nyata
d.      Permainan dalam belajar 
e.       Pelatihan aksi pembelajaran
f.       Aktivitas pemecahan masalah
g.      Refleksi dan artikulasi individu
h.      Dialog berpasangan atau berkelompok 
i.        Pengajaran dan tinjauan kolaboratif 
j.        Aktivitas praktis membangun keterampilan
k.      Mengajar balik 
4)      Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
a.       Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
b.      Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
c.       Aktivitas penguatan penerapan dengan latihan
d.      Model Pembelajaran STAD
Ø  Pengertian
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Ø  Prinsip
STAD merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif, maka prinsip yang digunakan pun hampir sama dengan model pembelajaran kooperatif.
Ø  Langkah-Langkah Model Pembelajaran STAD
1.      Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 – 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada :
a.       Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya.Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.
b.      Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
2.      Penyajian Materi Pelajaran
a.       Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya
b.      Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan.Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
c.       Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.
3.      Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
4.      Evaluasi
Dilakukan selama 45 – 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
5.      Penghargaan kelompok
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.
6.      Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Periode penilaian ± 3 minggu dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat belajar dengan yang lain.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar. Prinsip-prinsip pembelajaran adalah hal yang harus diimplementasikan oleh guru dalam seluruh proses pembelajaran yang dilakukannya terhadap siswa, termasuk dalam proses pemilihan dan pemakaian model pembelajaran. Model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan keadaan yang ada, dengan mengkombinasikan dan mengadaptasikannya sehingga terciptalah model yang benar-benar efektif dan efesien bagi proses pembelajaran yang dilakukan.
Contoh-contoh model pembelajaran yaitu Kooperatif, Kontekstual, SAVI, STAD dan lain-lain.
a.       Model Pembelajaran Kooperatif
Suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
b.      Model Pembelajaran Kontekstual
Proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
c.       Model Pembelajaran SAVI
Kepanjangan dari SAVI adalah Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua inderanya dalam proses pembelajaran.
d.      Model Pembelajaran STAD
Pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD juga merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

















DAFTAR PUSTAKA
Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali.









Popular posts from this blog

Berkenalan yuk....! Supaya kita saling mengenal 😊😊

macam macam software pembelajaran matematika