Model- Model Pembelajaan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Pembelajaran merupakan sebuah hal yang teramat penting
dalam kehidupan manusia. Pembelajaran memiliki fungsi utama sebagai penurunan
nilai dan norma dari orang tua kepada anak juga sebagai penyalur atau transfer
ilmu dan informasi dari tenaga pendidik kepada para peserta didik. Pada
hakikatnya pembelajaran ini dapat kita artikan sebagai sebuah kegiatan belajar
mengajar yang melibatkan berbagai komponen yang terkait seperti tenaga
pendidik, peserta didik dan juga komponen lainnya. Jika kita melihat kenyataan
saat ini pembelajaran ini telah mengalami perkembangan dan telah sedemikian
bervariasi di masyarakat. Sehingga dengannya perlu untuk kita klasifikasikan
berdasarkan ciri-ciri khusus yang terdapat padanya. Model pembelajaran ,berbicara tentang model
pembelajaran berarti berbicara dunia pendidikan, di
dalam dunia pendidikan guru sebagai salah satu komponen
pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi, mempunyai peranan yang sangat
vital didalam proses belajar mengajar untuk membawa
anak didiknya kepada kedewasaan dalam arti yang sangat luas. Bahkan boleh
dikatakan bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar ini 60% terletak
ditangan guru.
Oleh karena itu proses belajar mengajar yang
dibabaki oleh guru tidak akan pernah tenggelam atau
digantikan oleh alat atau lainnya.Maka hal itu perlu adanya model-model
pembelajaran yang dijadikan pedoman untuk guru agar proses belajar mengajar
lebih menarik yang nantinya mampu membentuk anak didiknya karena kedewasaan
seperti yang diharapkan.
2.
Rumusan masalah
Dari
latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian dari model pembelajaran?
b. Apa saja contoh model pembelajaran?
c. Bagaimana langkah kerja dari beberapa contoh model
pembelajaran?
3.
Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk :
a.
Mengetahui
pengertian dari model pembelajaran.
b.
Mengetahui
contoh dari model pembelajaran.
c.
Mengetahui
cara penggunaan setiap model pembelajaran.
BAB II
ISI
1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Pengertian
pembelajaran
Istilah belajar dan
pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki
keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam
proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk
itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan
belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka
guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya.
keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam
proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk
itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan
belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka
guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya.
Menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk
pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik
yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan Nasution mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat
disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan
kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan mendapatkan hasil yang
seoptimal mungkin.
pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan
kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan mendapatkan hasil yang
seoptimal mungkin.
Sedangkan model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, Menurut Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000 : 10)
juga mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Pada prinsipnya model pembelajaran adalah hal-hal penting
yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran sehingga hasil yang diharapkan
dapat tercapai. Prinsip ini juga akan mengarahkan guru agar mereka dapat
menjadikan siswa mereka aktif dalam proses pembelajaran. Dengan menerapkan
prinsip-prinsip belajar, guru dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang
dirumuskan, dan siswa akan terbantu dalam mencapai hasil belajar yang maksimal.
Dapat disimpulan bahwa Prinsip-prinsip pembelajaran adalah hal yang harus
diimplementasikan oleh guru dalam seluruh proses
pembelajaran yang dilakukannya terhadap siswa, termasuk dalam proses pemilihan
dan pemakaian model pembelajaran. Model pembelajaran hendaknya disesuaikan
dengan tujuan dan keadaan yang ada. Dari sekian banyak model pembelajaran yang
ada, guru hendaknya mampu mengkombinasikan dan mengadaptasikannya sehingga
terciptalah model yang benar-benar efektif dan efesien bagi proses pembelajaran
yang dilakukan.
2. Contoh-contoh Model Pembelajaran dan Cara Penggunaanya
Model pembelajaran ini memiliki banyak contohnya. Namun
pada makalah ini akan kita fokuskan pada beberapa contoh model pembelajaran
yaitu, Kooperatif, Kontekstual, SAVI dan STAD.
a. Model Pembelajaran Kooperatif
·
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000),
semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan
dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas,
struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan
model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan
siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial.
·
Prinsip
Dasar Penggunaan dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Setiap
anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2. Setiap
anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap
anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
4. Setiap
anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap
anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap
anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan
ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa
dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3. Penghargaan
lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam
pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar
siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling
menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling
membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun
teman lain.
·
Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif
a. Terdapat
6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu : Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa.
b. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang
akan dicapai serta memotivasi siswa.
c. Menyajikan
informasi.
Guru
menyajikan informasi kepada siswa.
d. Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru
menginformasikan pengelompokan siswa.
e. Membimbing
kelompok belajar.
Guru
memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar.
f. Evaluasi.
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
g. Memberikan
penghargaan.
Guru
memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
b. Model Pembelajaran Kontekstual
Ø Pengertian
Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan
proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami
makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi
sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Ø Prinsip dasar
Dalam Contextual teaching and learning (CTL)
diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan
siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan
menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan
menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang
siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan
rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Pendekatan
kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar
sebagai berikut.
1. Proses belajar
·
Belajar
tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak
mereka.
·
Anak
belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
·
Para
ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
·
Pengetahuan
tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
·
Manusia
mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
·
Siswa
perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
·
Proses
belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan
terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan
sesorang.
2. Transfer Belajar
·
Siswa
belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
·
Keterampilan
dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
·
Penting
bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan
dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai Pembelajar
·
Manusia
mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak
mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
·
Strategi
belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan
tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
·
Peran
orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui.
·
Tugas
guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada
siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa
untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan
Belajar
·
Belajar
efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru
akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya,
guru mengarahkan.
·
Pengajaran
harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
·
Umpan
balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
·
Menumbuhkan
komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
Ø
Tujuh Komponen dalam Langkah-langkah Pembelajaran
Kontekstual
1. Konstruktivisme
h. Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman
baru berdasar pada pengetahuan awal.
i.
Pembelajaran
harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
·
Proses
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
·
Siswa
belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
·
Kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
·
Bagi
siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community
(Masyarakat Belajar)
·
Sekelompok
orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
·
Bekerjasama
dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
·
Tukar
pengalaman.
·
Berbagi
ide
5. Modeling (Pemodelan)
·
Proses
penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
·
Mengerjakan
apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
·
Cara
berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
·
Mencatat
apa yang telah dipelajari.
·
Membuat
jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment
(Penilaian Yang Sebenarnya)
·
Mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa.
·
Penilaian
produk (kinerja).
·
Tugas-tugas
yang relevan dan kontekstual
c.
Model Pembelajaran SAVI
Ø
Pengertian
Pendekatan
SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Meier (Sidjabat, 2008).
Kepanjangan dari SAVI adalah Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori
yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak
kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan
kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar
berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol.
1.
Somatis
Somatic berasal dari bahasa
Yunani yang berarti tubuh. Belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba,
kinetesis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu belajar
secara berkala. Meier juga menguatkan pendapatnya dengan menyampaikan hasil
penelitian neurologis yang menemukan bahwa pikiran tersebut di seluruh tubuh.
Jadi dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menghalangi pembelajar
somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya.
Somatis berarti bangkit dari
tempat duduk dan bertindak aktif secara fisik selama proses belajar. Berdiri
dan bergerak kesana kemari meningkatkan sirkulasi dalam tubuh dan oleh karena
itu mendatangkan energi segar ke dalam otak. Belajar somatis merupakan belajar
dengan indra peraba, kinestetis, praktis dengan melibatkan fisik dan
menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Belajar somatis ini
bias terhadapa tubuh dimana anak-anak yang bersifat somatis, yang tidak dapat
duduk tenang dan harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran mereka
tetap hidup. Dalam belajar somatis ini tubuh dan pikiran itu satu dimana
penelitian neurologis telah menemukan bahwa pikiran tersebar diseluruh tubuh.
Tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh. Jadi dengan menghalangi
pembelajar somatis menggunakan tubuh dalam belajar maka menghalangi
fungsi pikiran sepenuhnya. Melibatkan tubuh, untuk merangsang hubungan pikiran
dan tubuh maka harus tercipta suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit
dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu.
2. Auditori
Pikiran auditori lebih kuat dari
apa yang di sadari. Telinga bekerja terus menerus menangkap dan menyimpan
informasi auditori. Dan ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa
area penting di otak pun menjadi aktif. Dalam merancang pelajaran yang menarik
bagi saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajar, maka dengan cara
mendorong pembelajar untuk mengungkapkan dengan suara. Pembelajaran auditori
merupakan belajar paling baik jika mendengar dan mengungkapkan kata-kata.
Menurut Meier (2004 : 95),
belajar Auditori merupakan cara belajar standar bagi semua orang sejak awal
sejarah. Seperti kita ketahui sebelum manusia mengenal baca tulis banyak
informasi yang disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan misalnya
mitos, dongeng-dongeng, cerita-cerita rakyat. Bangsa yunani kuno juga mendorong
orang untuk belajar dengan suara lantang melalui dialog. Filosofi mereka adalah
“jika kita mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicaralah tanpa henti”.
3. Visual
Ketajaman penglihatan setiap
orang itu kuat, disebabkan oleh fikiran manusia lebih merupakan prosesor citra
dari prosesor kata. Citra karena konkret mudah untuk diingat dan kata, karena
abstrak sehingga sulit untuk disimpan. Didalam otak terdapat lebih banyak
perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.
Pembelajar visual belajar paling baik jika dapat melihat contoh dari dunia
nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar dan gambaran dari segala macam hal
ketika sedang belajar. Dengan membuat yang visual paling tidak sejajar dengan
yang verbal sehingga dapat membantu pebelajar untuk belajar lebih cepat dan
baik.
Menurut Meier (2004 : 97), setiap
orang memiliki ketajaman visual yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan didalam
otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada
semua indra yang lainnya. Lebih lanjut meier mengungkapkan bahwa beberapa siswa
(terutama pembelajar visual) akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa
yang dibicarakan guru atau sebuah buku.
4. Intelektual
Intelektual
adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun
makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan
manusia untulk berfikir, meyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru
dan belajar. Pada intelektual identik dengan melibatkan pikiran untuk
menciptakan pembelajarannya sendiri. Belajar bukanlah menyimpan informasi
tetapi menciptakan makna, pengetahuan dan nilai yang dapat dipraktekkan oleh
pikiran pebelajar.
Menurut
Meier (2004 : 99), kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam
pikirannya secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan mereka untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai
dari pengalaman tersebut. Lebih lanjut meier mendefinisikan intelektual sebagai
pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untk berfikir,
menyatukan pengalaman, menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan unuititif
tubuh untuk membat makna baru bagian dirinya sendiri.
Dave
Meier, 2005 , menambahkan satu lagi gaya belajar intelektual. Gaya belajar
intelektual bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan
nilai dari pengalaman tersebut. “ Intelektual” adalah bagian diri yang
merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Itulah sarana yang
digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan
menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.
Belajar beerdasarkan aktifitas berarti bergerak aktif
secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan
membuat seluruh tubuh/ pikiran terlibat dalam proses pembelajaran. (Dave Meier,
2005) .Dengan demikian, belajar bisa terjadi secara optimal jika keempat unsur
SAVI ada dalam proses pembelajaran, yaitu menggabungkan gerak fisik dengan
aktivitas intelektual dan dengan penggunaan semua indranya.
Menurut Warta (2010: 40), “Pendekatan SAVI merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki oleh siswa”. Dari pengertian ini,
jelas bahwa pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua
inderanya dalam proses pembelajaran.
Ø
Prinsip
Meier (Sidjabat,
2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar dengan menggunakan
pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut.
1) Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
2) Belajar adalah
berkreasi, bukan mengkonsumsi.
3) Kerjasama membantu proses belajar.
4) Pembelajaran
berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5) Belajar berasal
dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
6) Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7) Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan
otomatis.
Ø
Langkah-langkah
model pembelajaran SAVI
Tahapan yang perlu
ditempuh dalam SAVI adalah persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil
1)
Tahap Persiapan (Kegiatan
Pendahuluan)
Pada tahap ini guru
membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman
belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk
belajar. Secara spesifik meliputi hal:
a. Memberikan sugesti positif
b. Meberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
c. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
d. Membangkitkan rasa ingin tahu
e. Menciptakan lingkungan fisik yang positif
f. Menciptakan lingkungan emosional yang positif
g. Menciptakan lingkungan social yang positif
h. Menenangkan rasa takut
i.
Menyingkirkan
hambatan-hambatan belajar
j.
Banyak
bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
k. Merangsang rasa ingin tahu siswa
l.
Mengajak
pembelajar terlibat penuh sejak awal
2) Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada
tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang
barudengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar.
Hal-hal yangdapat dilakukan guru:
a.
Uji
coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
b.
Pengamatan
fenomena dunia nyata
c.
Pelibatan
seluruh otak, seluruh tubuh
d.
Presentasi
interaktif
e.
Grafik
dan sarana yang presetasi berwarna-warni
f.
Aneka
macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
g.
Proyek
belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
h.
Latihan
menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
i.
Pengalaman
belajar di dunia nyata yang kontekstual
j.
Pelatihan
memecahkan masalah
3) Tahap Pelatihan (Kegiata Inti)
Pada
tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerapengetahuan
dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan
guru yaitu:
a.
Aktivitas
pemrosesan siswa
b.
Usaha
aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
c.
Simulasi
dunia-nyata
d.
Permainan
dalam belajar
e.
Pelatihan
aksi pembelajaran
f.
Aktivitas
pemecahan masalah
g.
Refleksi
dan artikulasi individu
h.
Dialog
berpasangan atau berkelompok
i.
Pengajaran
dan tinjauan kolaboratif
j.
Aktivitas
praktis membangun keterampilan
k.
Mengajar
balik
4) Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Pada
tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau
keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat
dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan
adalah:
a.
Penerapan
dunia nyata dalam waktu yang segera
b.
Penciptaan
dan pelaksanaan rencana aksi
c.
Aktivitas
penguatan penerapan dengan latihan
d.
Model Pembelajaran STAD
Ø
Pengertian
Pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert
Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995)
merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai
menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement
Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai
kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling
membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran
matematika.
Model Pembelajaran
Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan
pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal.Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada
siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Ø
Prinsip
STAD merupakan bagian
dari model pembelajaran kooperatif, maka prinsip yang digunakan pun hampir sama
dengan model pembelajaran kooperatif.
Ø
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran STAD
1. Persiapan
materi dan penerapan siswa dalam kelompok.
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan
lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam
kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen
dengan jumlah maksimal 4 – 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada
:
a. Kemampuan
akademik (pandai, sedang dan rendah) yang didapat dari hasil akademik (skor
awal) sebelumnya.Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga
setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi
seimbang.
b. Jenis
kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif),
dll.
2. Penyajian
Materi Pelajaran
a. Pendahuluan
Di
sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan
menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa
tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran
dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa
mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes
berikutnya
b. Pengembangan
Dilakukan
pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di
sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan.Pertanyaan-peranyaan
diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep
maka dapat beralih kekonsep lain.
c. Praktek
terkendali
Praktek
terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa
mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan
masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu
lama.
3. Kegiatan
kelompok
Guru
membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa.
Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif.
Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab
pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan
masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi.
Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu
dalam memahami materi pelajaran.
4. Evaluasi
Dilakukan
selama 45 – 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari
selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan
kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa
tidak diperkenankan saling membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai
perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
5. Penghargaan
kelompok
Setiap
anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil
nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam
tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.
6. Perhitungan
ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Periode
penilaian ± 3 minggu dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor
awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat
belajar dengan yang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang
pembelajaran para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar
mengajar. Prinsip-prinsip pembelajaran adalah hal yang harus diimplementasikan
oleh guru dalam seluruh proses pembelajaran yang
dilakukannya terhadap siswa, termasuk dalam proses pemilihan dan pemakaian
model pembelajaran. Model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan
keadaan yang ada, dengan mengkombinasikan dan mengadaptasikannya sehingga
terciptalah model yang benar-benar efektif dan efesien bagi proses pembelajaran
yang dilakukan.
Contoh-contoh model pembelajaran yaitu Kooperatif,
Kontekstual, SAVI, STAD dan lain-lain.
a.
Model Pembelajaran Kooperatif
Suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
b.
Model Pembelajaran
Kontekstual
Proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk
memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan
mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa
memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
c.
Model Pembelajaran SAVI
Kepanjangan dari SAVI adalah Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua
inderanya dalam proses pembelajaran.
d.
Model
Pembelajaran STAD
Pendekatan Cooperative
Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal. STAD juga merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana.
DAFTAR PUSTAKA